Skip to main content

Sharing Pengalaman Membongkar dan Merakit PC Tua

Sharing Pengalaman Membongkar dan Merakit PC Tua

Kali ini saya akan menceritakan salah satu pengalaman tentang membongkar dan merakit ulang PC sendiri. Kebetulan saya punya PC (Personal Computer) desktop yang sudah cukup berumur tapi masih dapat bekerja normal, setidaknya untuk membuat dokumen, browsing atau memutar film.

Komputer tersebut bukan PC built-up alias komputer rakitan sendiri. Beberapa komponennya juga beberapa kali diganti karena rusak. Spesifikasi komponennya boleh dibilang low banget. Prosessor AMD Sempron 2200+ 1,5 GHz, memori jenis RAM DDR 512 MB, Hard disk 160 GB ATA, dan power supply murah (bawaan casing mungkin) Simbadda. Jika ditanya berapa umur PC tersebut, maka akan saya jawab “lebih dari satu dekade”.

Namanya barang elektronik yang jadul, tentu performanya sudah jauh menurun. Komputer saya tersebut telah beberapa kali masuk "ruang perawatan", ganti komponen, dan bolak balik install ulang. Saya baru tahu kalau power supply yang digunakan ternyata kurang baik karena daya listrik yang dihasilkan tidak stabil. Akibatnya beberapa komponen semacam hard disk dan RAM “tewas” dan mesti diganti.

Beberapa kali PC tersebut juga gagal booting. Sering terdengar bunyi beep saat dinyalakan yang menandakan ada masalah dengan komputer tersebut. Oleh karena itu saya akhirnya berencana untuk membongkar PC tersebut untuk mengecek komponen di dalamnya. Sekaligus membersihkan dari debu dan kotoran yang mungkin mengganggu kinerja komputer.

Sebelum memulai proses pembongkaran PC, ada beberapa perlengkapan yang harus dibeli. Saya membeli 3 barang yaitu pasta thermal prosessor, baterai BIOS, dan kabel Molex Splitter. Pasta thermal prosesor digunakan untuk memudahkan proses konduksi panas dari chip prosessor ke HSF (heatsink fan) sehingga suhu prosessor tidak terlalu tinggi. Baterai BIOS baru digunakan untuk mengganti baterai lama yang mungkin sudah habis dayanya.

Beberapa waktu yang lalu, saya mengganti power supply karena rusak sehingga komputer enggak bisa nyala. Namun yang jadi masalah, power supply yang baru hanya menyediakan kabel Molex untuk hard disk dan CD-ROM saja. Sedangkan kipas pendingin dalam casing tidak mendapatkan daya sehingga saya harus membeli kabel Molex Splitter untuk menyambungkan kipas pendingin tersebut dengan kabel daya dari power supply.

Dari 3 perlengkapan yang saya beli, total menghabiskan Rp. 50.000,- dan itupun masih ada kembaliannya. Memang, perlengkapan yang saya beli cuma berkualitas biasa, mengingat komputer yang saya gunakan juga “biasa”.

Tiba saatnya saya harus memulai proses pembongkaran komputer saya. Cukup dengan bekal obeng plus (+) dan kuas kecil. Sebagai informasi saja, saya kebetulan pernah mengikuti kelas dasar merakit komputer jadi sedikit banyak saya mengetahui seluk beluk jeroan PC.

Yang saya bongkar hanya bagian sistem komputer yang tentu berpengaruh langsung pada operasional sistem komputer. Agar tidak kesetrum, saya mencabut kabel daya dari stop kontak. Kemudian membuka casing dan melepas semua kabel yang tersambung.

Di sini saya melepas semua baut pengunci komponen komputer. Tujuannya agar pembersihan debu dan kotoran yang mengganggu semakin mudah. Saya melepas Hard disk, CD ROM, Floppy Disk, RAM, motherboard, dan power supply sehingga hanya menyisakan casing saja.

Untuk memasang pasta thermal prosesor, saya harus membuka HSF (heatsink fan) alias pendingin prosesor. AMD Sempron 2200+ menggunakan soket tipe lawas sehingga untuk membuka pengunci HSF-nya saya rasa cukup sulit. Sebelum memasang pasta thermal, saya harus membersihkan bekas pasta thermal yang lama.

Mengaplikasikan pasta thermal pada CPU generasi lama ternyata gampang gampang sulit. Perlu ketelitian dan kehati-hatian agar pasta thermal dapat terpasang dengan tepat tanpa tercecer. Meski telah membaca dan melihat tutorial di internet, saya sendiri harus mengulang beberapa kali agar pemasangan pasta thermal benar-benar pas.

Setelah pemasangan pasta thermal dan HSF selesai, saya kembali merakit sistem PC dimulai dari memasang motherboard ke dalam casing kembali yang sebelumnya sudah dibersihkan. Begitu pula dengan komponen dan periferal komputer yang lain. Tak lupa juga saya kembali menyambungkan kabel-kabel yang terhubung pada motherboard.

Saya harus membaca buku manual dari motherboard yang saya gunakan agar pemasangan kabel penghubung tidak keliru. Untuk memasang baterai BIOS, tinggal melepas baterai yang lama dan menggantinya dengan baterai yang baru. Sedangkan untuk memasang kabel Molex Splitter, saya hanya perlu menyambungkannya pada kabel Molex yang tersedia.

Setelah semua komponen dan periferal dirasa telah terpasang dengan benar, saya nyalakan kembali komputer untuk mengetahui apakah komputer dapat bekerja dengan baik atau malah tidak menyala sama sekali. Begitu dinyalakan, layar monitor menampilkan proses POST BIOS. Artinya, komputer siap digunakan.

Namun, masalah terjadi saat booting ke sistem operasi (saya menggunakan sistem operasi Windows 7). Saat booting berlangsung, tiba-tiba terjadi BSOD atau Blue Screen of Death. Saya langsung menyimpulkan mungkin ini disebabkan karena ada komponen komputer yang bermasalah. Ini dibuktikan pada artikel cara mengatasi laptop blue screen Windows 7.

Saya kemudian memeriksa apakah ada komponen atau periferal komputer yang tidak terpasang dengan tepat. Tidak ada! Tidak ada komponen yang bermasalah. Semua komponen dan periferal sudah terpasang dengan benar. Sangat membingungkan! Komputer dapat menyala tapi tidak dapat masuk ke sistem operasi.

Saya kemudian mencoba browsing ke dunia maya untuk mencari solusi dari masalah komputer saya. Setelah menjelajahi berbagai blog, website, dan forum, saya akhirnya mengetahui letak permasalahan komputer tersebut.

Ternyata ada salah satu chip pada motherboard yang bermasalah yaitu chip PIC/APIC. Chip ini digunakan untuk menangani permintaan interupsi hardware komputer. Jika pada mode PIC, sistem hanya dapat menangani 15 interupsi saja. Berbeda jika menggunakan APIC, sistem mampu menangani hingga 24 interupsi.

Pada kasus yang terjadi pada komputer saya, APIC tidak dapat berjalan, sehingga harus menggunakan mode PIC. Itulah sebabnya PC tidak dapat booting ke sistem operasi Windows.

Menurut artikel yang saya baca di internet, sistem operasi Windows tidak dapat berjalan pada 2 mode interupsi. Jika Windows sudah terinstal pada mode APIC, maka sistem komputer tidak dapat diganti ke mode PIC. Untuk dapat menggunakan mode PIC, Windows harus diinstal ulang.

Menu BIOS PIC Mode
Menu BIOS PIC Mode

Mengganti mode interupsi tidak terlalu sulit. Cukup masuk ke menu BIOS, kemudian mengganti mode interupsi menjadi PIC. Saya lalu memutuskan untuk melakukan instalasi ulang sistem operasi Windows XP. Sebelum melakukan instalasi ulang, saya sempatkan untuk mem-backup data-data yang tersimpan dalam hard disk.

Ya, akhirnya komputer saya dapat menyala kembali. Semua komponen dan periferalnya berfungsi secara normal. Untuk masalah chip PIC/APIC tadi masih jadi tanda tanya, apakah karena rusak atau error saat dibongkar. Tapi setidaknya, PC saya masih dapat digunakan seperti biasa.

Dari praktek membongkar dan merakit komputer tersebut, saya mendapatkan pengalaman dan pelajaran berharga. Diantaranya

Merakit PC sangat mengasyikkan.

Komputer juga merupakan mesin yang terdiri dari banyak komponen dan periferal. Prosessor, RAM, Chipset, Hard disk, GPU, dan komponen lainnya bekerja bersama agar dapat digunakan secara baik. Merakit banyak komponen menjadi suatu komputer yang bagus tentu merupakan pekerjaan yang cukup menantang.

Harus tahu seluk beluk dan teknologi komputer

Menjadi teknisi mutlak harus tahu dan paham dengan seluk beluk jeroan komputer. Jika tidak memahami dengan benar, membangun atau merakit sebuah PC akan menjadi sangat sulit dan bahkan komputer yang dihasilkan tidak dapat bekerja dengan baik.

Selain itu juga harus paham dengan teknologi komputer terbaru yang terus berkembang. Komputer dengan generasi lama tentu berbeda dengan komputer generasi baru.

Butuh ketelitian dan kehati-hatian

Komponen komputer cukup banyak dan kompleks. Selain itu, banyak diantaranya yang berukuran kecil serta rentan rusak karena guncangan, medan magnet, debu kotoran atau arus listrik. Oleh karena itu, saat bergelut dengan perangkat elektronik semacam komputer mesti teliti dan hati-hati. Tujuannya agar tidak membahayakan diri dan tidak menimbulkan kerusakan pada perangkat yang digunakan.

Itulah sedikit pengalaman saya saat membongkar dan merakit PC sendiri. Semoga pengalaman saya ini dapat menjadi pelajaran bagi anda yang ingin belajar merakit komputer sendiri...

Baca juga artikel terkait :

Artikel terlama
Apakah kalian punya pengalaman atau pendapat yang berbeda? Tuliskan lewat kotak komentar di bawah. Usahakan sesuai topik artikel ini.
Buka Komentar
Tutup Komentar